Oleh: baituzzakat | Mei 7, 2009

Keajaiban Sedekah

Semoga kumpulan kisah nyata di bwah ini bisa menambah motivasi dan menguatkan keyakinan kita akan jani Allah, terutama dalam merubah paradigma berfikir tetang sedekah. Bahwa yang akan kita sisihkan sesungguhnya yang akan menjadi penyubur, pensuci, penambah harta kita bukan sebaliknya. Sebagaimana yang tersurat dalam Q.S 2 : 267

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Matematia Sedekah

Saya adalah seorang perantau. Sebelum sampai di Karawang saya sudah menjelajah beberapa pulau di Indonesia. Awal saya meninggalkan kampung halaman di Sumatra, tibalah saya di Jakarta. Bersama dengan 6 orang teman sebelum mendapatkan pekerjaan, saya tinggal di rumah seorang kerabat yang sudah menetap lama di Jakarta.
Ia adalah seorang PNS. Diluar logika memang, dengan gaji yang pas-pasan, ia sanggup menghidupi 7 orang tamu yang belum memiliki pekerjaan dan keluarga kecilnya, dengan izin Allah tentunya. Kami hanya bisa terharu, karena saat ini masih ada orang yang begitu peduli dan yakin akan ketentuan rizki dari Allah.
Beberapa tahun tak bersua kini ia telah menunaikan ibadah haji. Subhanallah.
Hamba Allah – Lamaran

Mesin Air Gratis

Datanglah seorang bapak kepada saya, untuk menawarakan sebuah mesin air dan 2 batang pipa besi. Sebenarnya di kios saya tidak secara langsung melayani jual beli mesin, karena hanya memesang pelayanan pengeboran sumur dan servis mesin air
Tawar menawar pun terjadi. “300 rebu pak, buat bayaran sekolah anak saya”. Saya pun merasa iba, karena tau betul bagaimana peraan orang itu. Tanpa basa basi, saya bayar 350 ribu, anggap saja 50 ribu jadi shadaqah untuk membantu. Ia pulang dengan perasaan senang.
Beberapa hari kemudian, ada orang yang membeli dua batang pipa itu dengan harga 300 ribu. Allah maha besar. berarti saya dapat mesin air gratis… Ternyata benar dengan niatan yang ikhlas segala yang kita nafkahkan di jalan Allah akan dibalas dengan berlipat.
Hamba Allah – Klari

Oleh: baituzzakat | Mei 7, 2009

Obat Mujarap Menghadapi Stress

Kondisi yang paling banyak diderita manusia saat ini adalah stres dan ketegangan hidup. Langsung ataupun tidak langsung stres dan ketegangan ditengarai menjadi pemicu penyakit jantung yang menjadi penyebab kematian nomor wahid saat ini. Manusia tidak dapat menghindari stres dan tidak dapat hidup tanpa ketegangan. Malah stres dan tekanan merupakan faktor esensial perkembangan manusia. Tapi tanpa kemampuan pengendalian diri, stres dan ketegangan hidup akan berdampak amat merusak tubuh bahkan berakhir pada kematian. Penelitian ilmiah mulai banyak menguak bagaimana praktek beragama dalam Islam dapat mengatasi masalah kejiwaan dan membantu mencapai kehidupan yang positip dan sehat. Amat banyak praktek ibadah yang dapat mempengaruhi ketentraman batin dan menyehatkan mental. Tentu saja berdzikir adalah alternatif utama dan bisa diracik dengan :

1. Istirahat Siang
Istirahat siang singkat (Qoilulah) merupakan sunnah nabi saw. Keutaman istirahat siang untuk relaksasi tubuh banyak diteliti ilmuwan. Ternyata bukan hanya membuat tubuh lebih santai tapi juga membantu tidur lebih baik malam harinya. Qoilulah dipraktekkan dengan berbaring selama waktu tertentu untuk istirahat santai. Kabarnya anggota DPR di Jepang membekali diri dengan bantal lipat. Selepas tengah hari mereka gunakan untuk tiduran meski di atas meja rapat. Waktu yang dianjurkan antara 15-30 menit. Bukan tidur sepanjang siang
2. Posisi Saat Tidur
Rosululloh saw bersabda : Apabila kamu ingin ke tempat tidur, berwudhulah terlebih dahulu sebagaimana kamu berwudhu untuk shalat. Kemudian berbaringlah di atas lambung kanan. Dalam kaca mata kenyamanan fisik, wudhu membuat tubuh segar, bersih dan siap istirahat. Pada posisi ini tidur sama seperti hendak menghadap Ilahi. Posisi miring ke kanan merupakan posisi yang membuat tubuh dapat berpindah dari satu sisi ke sisi lain lebih mudah tanpa melakukan gerakan besar.
3. Bersedekah
Kehidupan yang serba matrialistis dan individualis tak diragukan lagi telah melahirkan beragam gangguan mental. Berawal dari cemas akan kepemilikan harta benda, status, sampai ke penampilan, akhirnya berujung pada depresi bahkan sampai pada kelainan jiwa. Maka dengan kedermawanan sesungguhnya sebuah titik awal kepasrahan diri dan pembebasan dari rasa “memiliki” dunia yang sejatinya hanya akan membelenggu jiwa serta menambah beban kehidupan.
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila (al-Baqoroh: 275). Terapi terbaik bagi semua orang adalah dengan tidak lagi menjadikan harta sebagai Tuhan dan kebebasan individu sebagai raja. Mereka harus melatih dirinya dengan bersedekah.
4. Mengenakan Simbol-simbol Islam
Erich Form seorang ilmuwan Barat berpendapat bahwa kehidupan modern dalam kungkungan kapitalisme menyebabkan kuantifikasi, abstraksi, keterasingan dan menyebabkan hilangnya identitas diri. Kepekaan sosial hilang dan hidup mengikuti trend jadi motto. Segalanya jadi serba dangkal dan instan. Akhirnya hidup jadi hambar dan kesenangannya cepat membosankan.
Rosul mendorong pengikutnya memperlihatkan keislaman mereka dengan ciri wajah, pakaian, gaya berbicara, pergaulan dan sebagainya. Penampilan fisik jika dikombinasikan dengan keyakinan batin yang mantap tentang hidup dan kehidupan di dunia ini akan menghasilkan jati diri yang kuat. Batin pun jadi aman, terlindungi dan terpuaskan.
5. Meninggalkan Aktivitas Ribawi
Sebagaimana firman Allah : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S Al-Baqoroh : 275)
6. Membaca Al-Qur’an
Tekanan hidup seringkali mengguncang keyakinanterhadap keadilan, kebenaran dan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Jia terus berulang dapat menghancurkan pegangan hidup. Sebagian orang dapat menemukan penguat suara batinnya dengan mendengarkan musik, membaca cerpen, novel atau buku-buku hikmah. Musik menyediakan penyuaraan terhadap semua kejadian hidup, cinta kemiskinan, kemarahan, kesedihan bahkan kebencian. Namun semua itu cepat jadi membosankan.
Al-Qur’an menyediakan penjelasan dan jawaban kejadian kehidupan jauh lebih lengkap dan dalam. Jadi mereka yuang senantiasa mengulang-ulang membaca Al-Qur’an dengan maknanya akan menemukan nasihat, penguatan batin dan solusi terhadap semua persoalan hidupnya. Sebaliknya mereka yang tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai penasehat akan menemukan kesunyian hidup dan kegersangan hati yang dalam.
Dari Ibnu Abbas ra berkata: Rosululloh saw bersabda : “Sesungguhnya orang yang di hatinya tidak ada sesuatu pun dari Al-Qur’an maka ia bagaikan rumah kosong”.

Wallahua’lam.

disarikan dari: majalah masakini

Oleh: baituzzakat | Mei 6, 2009

Taubat

Hilangnya “cahaya” dan miracle dalam hidup kita merupakan cerminan betapa tebalnya kabut dan hijab pembatas anatara kita dengan pertolongan Allah. Sehingga tak hayal masalah yang datang bertubi-tubi, hutang piutang yang tak kunjung usai, rumah tangga yang carut marut, ekonomi yang begitu labil ataupun sederet masalah lain yang sering kali kita temukan kebuntuan dalam menemukan solusinya.

Lelahnya pencarian atas solusi yang kita jalani diperparah dengan kecilnya konsentrasi dan fokus kita pada penyebab dari semua yang terjadi. Seperti halnya orang yang kerap kali mengalami sakit dipinggangnya, “mati-matian” mencari obat dan berkunjung ke segala rumah pengobatan namun tak juga kunjung sembuh sampai akhirnya menemui keputus asaan. Padahal ia masalahnya akan segera teratasi bila saja ia mau mengubah kebiasaannya dengan melakukan refreshing secara periodik pada aktivitas kerjanya yang mengaharuskan ia banyak duduk dan meminum air putih dengan frekuensi yang lebih sering.

Tak lain dan tak bukan, kabut dan hijab itu adalah dosa serta kesalahan yang selama ini kita tidak taubat-i. Sebagaimana janji Allah dalam surat At-Tahrim ayat 8 : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…”.

“Jannah” itu akan terbuka ketika kesalahan itu telah tertutup. Jannah di dunia dan akhirat, di dunia, jannahnya bagi orang-orang yang berhutang adalah lunasnya hutang, begitu pula orang yang sedang menantikan jodoh, yang sulit ekonominya dan lain sebagainya.

Jadi mari kita mengevaluasi kembali apa yang sebenarnya menjadi penyebab setiap kejadian dan musibah yang datang kepada kita, untuk kemudian kita temukan solusinya. Semoga Allah memberi kemudahan untuk kita menuju kehidupa yang lebih baik, dunia, akhirat. Amiin.

Wallahua’lam.

Oleh: baituzzakat | Mei 6, 2009

Mengapa Harus Lewat Amil / Lembaga

  1. Sistem yang sudah ada dalam Al-qur’an dan tercatat dalam sejarah/siroh
  2. Menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat.
  3. Menjaga perasaan rendah diri pada mustahik apabila berhadapan langsung untuk menerima haknya dari muzaki
  4. Mencapai efisiensi, efektivitas dan tepat sasaran dalam penyaluran menurut skala prioritas yang ada disuatu tempat.
  5. Untuk memperlihatkan syi’ar Islam dan semangat penyelenggaraan negara dan pemerintahan negara dan pemerintahan yang islami (system). Sebaliknya, jika pelakasanaan zakat itu begitu saja diserahkan kepada muzzaki, maka nasib dan hak2 orang miskin dan para mustahik lainnya terhadap terhadap orang2 kaya tidak memperoleh jaminan yang pasti.
  6. Kemudahan transaksi, dan additional point service lainnya.
  7. Memutus budaya “melestarikan” kemiskinan, karena hal yang paling fundamental dalam memperbaiki keadaan kaum dhuafa adalah pembinaan moral, etos kerja dan budaya hidup yang lebih baik, produktif, optimis, ulet dan islami.

Wallahua’lam..

Oleh: baituzzakat | Mei 6, 2009

Sebab-Sebab Degradasi Kesholehan

Siapapun kita, ustadz atau santri, ulama atau ummat biasa, imam atau ma’mum, cendekiawan atau orang awam. Pasti saja melewati fenomena degradasi kesholehan. Banyak sebab itu terjadi.

Pertama, lemahnya iman. Apabila seorang muslim lemah imannya, maka ia tidak akan pernah merasakan nikmatnya iman tersebut. Ia senantisa terombang-ambing dalam panggung kehidupannya, dan tidak memiliki jati diri lagi sebagai muslim yang sebenarnya. Sebaliknya, manusia muslim yang memiliki kekuatan iman yang sebenarnyabukan hanya sebatas keyakinan saja, ia akan merasa tentram, damai, percaya diri, dan bahkan mampu melukiskan karya-karya besar dalam kanvas kehidupannya. Inilah hamba-hamba yang dijanjikan Allah sebagai pewaris bumi-Nya, sebagaimana dinyatakan ayat-ayat berikut ini.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (an-Nuur: 55)

“Orang yang selalu merasakan kenikmatan iman adalah orang yang rela menjadikan Allah sebagai Robb, Islam sebagai agama, dan Muhamad sebagai Nabi.” (HR. Muslim)

“Ada tiga perkara, yang jika seseorang memilikinya, ia akan merasakan manisnya iman, yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih  daripada yang lain, menncintai orang lain karena Allah, dan benci kepada kekufuran, sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Maka, kelemahan dan penurunan iman secara otomatis mempengaruhi kuantitas dan kualitas kesholehan dan kebaikan kita. Semakin kuat iman dalam jiwa kita, semakin kuat pula amal yang akan kita lakukan. Sebaliknya, semakin lemah iman kita, semakin lemah pula kuantitas dan kualitas amalnya.

Kedua, tertinggal dalam  ilmu pengetahuan. Kekuatan dan kemenangan umat yang selalu dijanjikan Allah SWT kepada mereka, bukan hanya bertumpu pada sisi aqidah atau ibadah saja, melainkan harus diiringi dengan ilmu pengetahuan Islam dan ekspansi kebaikan atau amal islami dalam kehidupan. Namun, kekuatan dan kemenangan itu baru akan tegak kokoh jika berdiri di atas tiga pilar, yang satu sama lainnya tidak boleh terpisahkan, yaitu iman, ilmu, dan amal (ibadah). Saat ini, ketika umat mulai meninggalkan tsaqafah islamiah dan ilmu pengetahuan lainnya yang bermanfaat, maka kekuatan dan kemenangan tersebut berangsur-angsur akan hilang, dan akhirnya berganti dengan ketidakberdayaan serta kelemahan. Sebagaimana yang Allah nyatakan dalam firman-Nya.

“…Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakal lah yang dapat menerima  pelajaran.” (az-Zumar: 9)

“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Mujaadilah: 11)

Mengenai hal ini, Imam Syafi’i berkata, “Demi Allah, sesungguhnya jati diri seorang pemuda ada dalam ilmu dan ketakwaannya. Apabila keduanya tidak ada dalam dirinya, maka ia bukanlah pemuda sebenarnya.”

Adapun Ibnu Taimiah berkata, “Pencabutan amanah dan iman bukanlah berarti pencabutan ilmu. Karena, manusia terkadang diberikan keimanan, namun tidak diberikan keilmuan. Keimanan seperti ini mudah hilang dari jiwanya, sebagaimana hilangnya iman Bani Israil tatkala mereka melihat anak sapi (yang akhirnya disembah). Adapun jika seseorang diberikan ilmu serta iman, maka ilmu dan imannya tidak akan hilang dari jiwanya, dan ia tidak akan keluar dari Islam. Berbeda jika ia hanya diberi Al-Qur`an atau iman saja. Sebab,  iman semacam ini terkadang hilang, sebagaimana realitas yang ada dalam kehidupan. Hal ini terlihat pada kebanyakan riddah (kemurtadan) yang kita temukan, yaitu terjadi pada orang yang hanya memiliki Qur`an tanpa memiliki ilmu dan iman, atau memiliki iman tanpa memiliki ilmu dan Qur`an. Karena itu lah, orang yang memiliki Al-Quran, iman, dan  ilmu pengetahuan,  niscaya tidak akan kehilangan iman dari jiwanya. Wallahu a’lam.” (al-Fataawa, 18/305)

Ketiga, meremehkan dosa dan kemaksiatan. Ketika seseorang menganggap remeh dosa dan kemaksiatan, maka kesolehan dan kebaikannya akan mengalami degradasi. Bahkan, dengan meremehkan dosa dan kemaksiatan,  ia akan mudah terjebak dalam kubangan kemaksitan. Karena, tabiat dosa atau kemaksiatan adalah senantiasa mengajak dan menggiring manusia untuk melakukan dosa lagi. Mengenai masalah ini, Rasulullah saw. bersabda,

“Takutlah kalian akan meremehkan dosa-dosa, karena sesungguhnya dosa-dosa tersebut akan berkumpul, dan akhirnya mencelakakannya. Perumpamaan dosa-dosa ini seperti kaum yang menuruni lembah dan setiap orang membawa sebatang kayu bakar. Mereka mengumpulkannya dan menjadikannya tumpukan, kemudian dinyalakan api dan semua yang dilemparkan ke dalamnya menjadi matang.” (HR Ahmad dan at-Thabrani)

Selain menambah dosa dan kemaksiatan, meremehkannya dapat mengakibatkan seseorang jauh dari jalan taubat, melemahkan hati untuk berjalan menuju Allah, dan bahkan  di Hari Akhirat nanti dapat menjadi penghalang menuju ke haribaan-Nya. Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya kebaikan melahirkan kecerahan di wajah, cahaya di hati, kelapangan rizki, kekuatan badan, dan kecintaan di hati manusia lain. Adapun kemaksiatan menimbulkan kepucatan di wajah, kegelapan di hati, kelemahan badan, serta kesempitan dan kebencian di hati manusia.”

Keempat, ujub dan ghurur (keterperdayaan). Ujub dan ghurur merupakan dosa awal yang dimiliki Iblis, yaitu saat ia menolak  perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Sebab, ia merasa mempunyai kelebihan dibandingkan Adam. Ia merasa lebih baik, lebih kuat, dan lebih sempurna. Begitu lah halnya manusia yang memilki sifat ujub dan ghurur, ia merasa lebih segala-galanya dari pada orang lain. Ia akan lebih sibuk dengan urusan orang lain dibandingkan dengan dirinya sendiri, dan ia merasa tidak butuh lagi untuk melakukan ekspansi kebaikan. Perasaan ujub dan ghurur yang mendominasi jiwa seorang muslim akan mematikan langkah-langkah kebaikannya, dan akan mengubur rasa jiddiyah (kerja keras) dalam usaha untuk menambah kesolehan pribadi.

“Apabila kamu melihat kekiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dunia yang diutamakan, dan takjub jika  semua orang mengikuti pendapatnya, maka selamatkanlah dirimu.” (HR at-Tirmidzi)

Bersamaan dengan ujub, akan muncul ridha kepada hawa nafsu. Ridha kepada hawa nafsu akan mengakibatkan banyak kekurangan dan penyakit, seperti ghurur, meremehkan orang lain, dan tidak pernah mengintropeksi diri. Oleh karenanya, Allah mencela sifat ini melalui berbagai ayat-ayat-Nya.

“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu’minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa’at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.” (at-Taubah: 25)

“Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka mebmusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mu’min. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan.” (al-Hasyr: 2).  Wallahu ‘alam bishawwab

Oleh: baituzzakat | Mei 5, 2009

Kilas Kegiatan

highligt-komunita-Juni

highligt-komunita-mei

highligt-komunita-april

program-cicilan-qurban-aqiqah

Oleh: baituzzakat | Februari 17, 2009

DUKUN CILIK

JERAT IBLIS DALAM JIMAT DAN TUAH

Ponari, nama itu begitu tenar belakangan ini. Dengan batu ajaib yang didapatnya dari sambaran petir, Ponari berubah dari anak kelas 3 SD yang lugu menjadi seorang dukun cilik yang kesohor. Ribuan orang datang berbondong-bondong ke rumahnya di Jombang untuk meminta berkah dari jimat yang dimilikinya. Mereka tak peduli walaupun harus berdesak-desakan. Minat mereka untuk berobat bahkan tak surut meskipun telah terjadi kisruh yang menelan korban jiwa. Semua itu karena mereka percaya bahwa dengan meminum air yang telah dicelupi batu bertuah itu semua penyakit akan sembuh.

Fenomena ini telah menarik perhatian begitu besar dari masyarakat. Beragam tanggapan dilontarkan terhadap “keajaiban” Ponari dan batu bertuahnya. Tapi, sebagai muslim kita tak boleh percaya begitu saja pada isu yang terus memanas ini. Kita harus mensikapinya secara hati-hati dengan memerhatikan beberapa hal berikut ini:

  1. Islam melarang pengobatan dengan jimat.

Islam adalah agama tauhid, yang menafikan adanya kekuatan di selain kekuatan Allah yang dapat memberi manfaat dan mudharat kepada manusia. Islam juga agama rasional, yang membebaskan manusia dari kepercayaan terhadap kebendaan yang tidak masuk akal. Oleh karenanya, segala bentuk pengobatan dengan jimat, isim, penangkal dan sejenisnya dilarang dalam Islam. Sabda Rasulullah saw, “Sesungguhnya jampi jampi, jimat jimat dan tiwalah (guna-guna yang dipakai wanita untuk menjadikan suaminya cinta kepadanya) adalah syirik.” (HR Ahmad, Abu Daud, Baihaqi, dan Hakim)

Dalam sebuah riwayat diceritakan, ada satu rombongan yang terdiri dari sepuluh orang datang untuk berbai’at kepada Rasulullah, lalu beliau membai’at yang sembilan orang dan menahan yang seorang. Ketika ditanya mengapa beliau melakukan hal itu, beliau menjawab, “Sesungguhnya di pundaknya terdapat jimat.” Kemudian laki-laki itu memasukkan tangannya ke dalam bajunya dan memotong jimatnya. Setelah itu, baru Rasulullah mem­bai’atnya seraya bersabda, “Barangsiapa Yang menggantungkan jimat sesungguhnya dia telah melakukan perbuatan syirik.” (HR Ahmad, Al Hakim, dan Abu Ya’la)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Imran bin Hushein ra bahwa Nabi saw melihat gelang kuningan di pangkal lengan seseorang, lalu beliau bertanya dengan nada ingkar, “Apa ini?”. Orang itu menjawab, “Saya memakai ini karena terserang penyakit di pundak saya.” Kemudian beliau bersabda, “Ingatlah, sesungguhnya dia (jimat) itu hanya menambah lemah badanmu, karena itu buanglah segera! Sebab jika engkau mati, sedang jimat itu masih menempel di badanmu, engkau tidak akan beruntung sama sekali.”

Para sahabat dan tabi’in juga sangat membenci segala bentuk jimat. Sa’id bin Zubair juga pernah berkata, “Barangsiapa yang memutuskan satu jimat dari leher seseorang, (pahalanya) seperti memerdekakan se­orang budak.” Ketika Hudzaifah bin Al Yaman melihat seorang laki-laki yang menggantungkan benang sebagai jimat, ia membacakan ayat, ”Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sem­bahan lain).” (QS 012/Yusuf: 106)

Demikianlah sikap yang telah diambil oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Mereka bersikap tegas terhadap segala bentuk kemusyrikan yang timbul dari penggunaan jimat. Larangan ini pun bersikap mutlak, entah jimatnya dipakai di badan, seperti kalung, gelang, atau susuk, ataupun dengan cara lain seperti yang dilakukan dukun cilik Ponari.

  1. Jerat Syetan

Munculnya dukun cilik dan batu bertuahnya hanyalah satu dari sekian banyak fenomena syirik yang muncul belakangan ini, sebagaimana yang sering kita dengar dan saksikan dalam iklan-iklan di media massa. Fenomena-fenomena tersebut tentu tidak terjadi begitu saja, tapi merupakan upaya sistematis yang dijalankan Iblis dan antek-anteknya yang tak pernah berhenti menyesatkan manusia. Dengan berbagai cara, mereka berusaha menjerumuskan manusia ke dalam kemunkaran, termasuk menipu manusia lewat benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan. Dan semua itu Iblis lakukan karena dengki kepada Adam dan keturunannya yang Allah jadikan makhluk paling mulia diantara seluruh makhluk yang lain. Firman Allah, “Iblis berkata, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS 007/16-17)

Jika melihat kenyataan sekarang, upaya Iblis ini tampaknya cukup berhasil. Hanya dengan sebuah batu, ribuan orang telah tergoda. Mereka tidak datang hanya dengan penyakit fisik, tapi lebih dari itu membawa penyakit hati, yakni lemahnya keyakinan kepada Allah. Hanya orang-orang tertentu yang selamat dari jerat Iblis itu, yaitu mereka yang telah mendapatkan taufiq untuk tetap taat terhadap Allah (mukhlash). Firman Allah, “… kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlash di antara mereka.” (QS 015/Al Hijr: 40) 2. Ujian keimanan

    Memang betul bahwa Iblislah yang berusaha menjerumuskan manusia ke dalam kemusyrikan. Namun, semua itu hanya bisa terjadi atas ijin Allah.

    Lalu, kenapa Allah mengijinkan? Jawabannya sudah jelas, yaitu untuk menguji keimanan para hamba-Nya. Mereka yang tidak terpengaruh dengan keajaiban bendawi itu dan berusaha mencari pengobatan dengan cara-cara yang syar’I dan rasional, seraya memohon kesembuhan kepada Allah SWT , adalah yang benar keimanannya. Sedangkan, mereka yang tergoda adalah orang-orang yang hatinya berpenyakit. Allah berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS 029/Al Ankabut: 2-3)

    Demikianlah beberapa hal yang seyogyanya perlu kita fahami terkait jimat dan segala bentuk sihir lainnya. Kita tak perlu menyalahkan Ponari atas fenomena ini, karena ia hanyalah anak kecil yang belum lagi baligh. Mungkin ia sendiri tidak sadar terhadap apa Yang telah dilakukannya, atau bahkan sedang tertekan karena tingkah orang-orang yang mencari keuntungan pribadi dengan memanfaatkan dirinya. Yang perlu kita lakukan adalah tetap waspada dengan membentengi diri sendiri, keluarga, dan orang-orang di sekeliling kita agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan syirik walaupun bentuknya pengobatan.

    Kalaupun kita membutuhkan pengobatan, maka carilah yang sesuai dengan tuntunan Islam. Sungguh, Rasulullah saw tidak menganjurkan pengobatan dengan jimat atau mantera, tetapi beliau menyebutkan hal-hal yang thabi’iyah (alami). Bisa melalui mulut (sepeerti madu), yang sekarang dapat juga berupa injeksi atau sejenisnya, berbekam (mengeluarkan darah) yang sekarang bisa diwujudkan dengan operasi, dan menempelkan besi panas pada bagian yang sakit, yang sekarang bisa dengan penyinaran. Dan kalau sakit, Rasulullah juga berobat dengan berbekam atau memenggil tabib. Demikian pula para sahabat dan generasi sesudahnya. Jadi, yang tebaik bagi kita adalah mengikuti sunnah Rasulullah saw dan menjauhi cara-cara yang tidak syar’I seperti jimat dan sebagainya, karena ia hanyalah kebohongan dari para penipu.

    Wallahu’alam bish-shawab.

    (Ditulis oleh : Al-Hafiz Ust. Ismail Prawira Kusuma S.Sos.i, Staff Pengajar Tahfidz Pesantren Adz-Dzikro)

    Oleh: baituzzakat | Februari 16, 2009

    AS…RUNTUH ?


    s

    Makna Tersirat Di Balik

    Krisis Amerika Serikat


    Dan sesungguhnya kami mengetahui bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (daripada)Nya dengan lari “. (QS.72/Al Jinn: 12)

    Amerika Serikat (AS) dihantam krisis !!!. Sebuah negara besar, barometer kemajuan dunia, saat ini tengah dilanda krisis keuangan parah. Konon, inilah krisis terburuk dalam beberapa puluh tahun terakhir. Kredit perumahan yang salah kelola menjadi biang keladi. Karena merasa kebanyakan uang perbankan di negeri Abang Sam (AS) itu dengan “sembrono” memberikan kredit kepada orang-orang yang tak layak., mereka tentu saja tak mampu bayar. Akibatnya, keuntungan pun bayar, dan krisis pun terus membesar. Begitulah ceritanya.

    Sebagai pasar terbesar didunia, krisis yang melanda AS tidak hanya dirasakan negara adikuasa itu. Dampaknya menyebar ke seluruh Dunia, tak terkecuali Indonesia. Hampir semua negara kini dilanda kepanikan, yang ditandai dengan merosotnya perdagangan sahamdi bursa-bursa dunia. Pantas saja kalau kemudian krisis ini disebut krisis global.

    Namun, kondisi ini tentu tidak harus membuat kita ikut-ikutan kalang kabut . Bagi seorang muslim, apapun yang terjadi, entah secara langsung menimpa dirinya ataupun tidak, sesungguhnya merupakan pelajaran (ibroh) yang sangat bermanfaat dalam meniti kehidupannya.

    “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orangyang takut kepada Tuhannya”. (QS.79/An-Nazi’at:26)

    Dengan kepekaan perasaannya dan kejernihan mata hatinya , seorang muslim dapat menangkap makna yang tersembunyi dalam peristiwa tersebut. Nah, keterkaitan dengan krisis keuangan di AS ini, ada banyak sekali ibroh yang dapat kita gali, diantaranya :

    1. Kekuasaan Allah, ketidak berdayaan manusia.

    Allah SWT. Telahmemberikan kenikmatan yangbegitu besar kepada bangsa Amerika saat ini. Kemajuan yangmereka raih demikian mencengangkan, baik di bidang politik, ekonomi, militer, sains, maupun budaya. Semua bangsa lain seolah berkiblat kesana dan menjadikannya sebagai barometer kemajuan dunia. Dan mungkin karena itulah, AS menganggap dirinya pantas menyandang gelar “negara adikuasa”. Namun, betapapun hebatnya AS, mereka tetap saja tidak berkutik ketika krisis mulai menggelitik, seperti seorang gagah perkasa yang tidak berdaya hanya karena terserang influenza. Ketidakkasaannya itu ternyata tak dapat membuatnya terbebas dari “keadikuasaan” Allah.

    “Dan sesungguhnya kami mengetahui bahw kami sekal-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali – kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (daripada)Nya dengan lari.’ (QS.72/Al Jinn:12)

    Menyaksikan hal tersebut, sepantasnyalah kita makainmeyakini bahwa kekuasaan yanghakiki dan kekal adalah di tangan Allah. Sementara, yang ada di tangan manusia hanyalah semu dan brsifat sementara.

    “Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang dilangit dan dibumi …”(QS.34/Saba:1)

    Kita pun seyogyanya semakin yakin betapa lemahnya manusia, sehingga seharusnyalah dia bergantung kepada Allah.

    “Hai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS.35/Fathir:15)

    2. Bahaya Riba

    Islam adalah agama ang “kaffah”. Ajarannya meliputi semua aspek kehidupan mansia. Dalam bidangekonomi, Islam telah memberikan pedoman kepada manusia agar mendasarkan kehidupanan ekonominya pada sebuah sistem syari’ah, yang landasannya adalah Al-Qur’an dansunnah, dan tujuannya adalah kemaslahatan dan tolong menolong (ta’awun).

    Kebalikan dari sistem itu adalah sistem ribawi (bunga), yangdijalankan AS dan sebagian besar negara di dunia. Sekilas, sistem tersebut tampak bagus dan indah, mampu membawa dunia kepada kemajuan. Namun, sejatinya ia sangat rapuh dan melemahkankehidupan manusia. Lihat saja apa yang terjadi ketika krisis moneter mengguncang Indonesia di tahun 1997. Dengan satu goncangan saja, ekonomi Indonesia langsung ambruk, dan masih saja kita rasakan dampaknya sampai sekarang.

    Perhatikan bagaimana Allah menggambarkan keadaan orang-orang yang bergelut dengan riba :

    “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila…”(QS.2/Al-Baqarah :275)

    Mereka tidak akan tentram jiwanya. Senantiasa mereka gelisah, stres, dam frustasi berkepanjangan, yangakhirnya membawa kegilaan. Semua itu terjadi karena mereka menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah. Mereka menganggap bahwa apa yang mereka alankan (yang dihasilkan dari pikiran mereka yang telah bercampur dengan hawa nafsu kepada materi) adalah yangterbaik padahal Allah yang menciptakan mereka lebih mengetahui apa yang terbaik untuk makhluk-Nya.

    3. Fitnah tidak hanya akan menimpa si penzalim

    Barangkali krisis yang sekarang menimpa AS ini merupakan peringatan dari Allah atas perilaku pemimpin negara itu yang sewenanng-wenang. Menganggap diri sebagai pengusaha dunia, dengan alasan perang terhadap teroris, mereka telah menyebarkan ketakutan dan kematian di negara – negara yang tidak sejalan dan tidak mau tunduk kepada mereka. Bahkan, teror yang mereka datangkan jauh lebih besar ketimbang yang dilakukan orang – orang yang mereka sebut teroris itu. Irak adalah salah satu contoh paling nyata dari “kedzaliman” para pemimpin AS itu.

    Tetapi, kalau itu peringatan (baca:siksaan), mengpa negara-negara lain di dunia yang tidak ikut-ikutan aksi AS itu juga terkena dampaknya?

    “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu, dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya.”. (QS.8/Al-anfal:25)

    Itulah jawabannya. Ketika fitnah itu datang, maka bukan hanya si penzalim yang terkena, tetapi yanglain pun ikut merasakannnya, terutama mereka yang berhubungan langsung dengan si pezalim itu.

    Wallahu A’alam Bishshawab.

    (Ditulis oleh : Al-Hafiz Ust. Ismail Prawira Kusuma S.Sos.i, Staff Pengajar Tahfidz Pesantren Adz-Dzikro)

    Oleh: baituzzakat | Februari 13, 2009

    Membuat hidup lebih HIDUP

    Bernapas (respirasi), makan (Nutrisi), buang kotoran (Sekresi/Eksresi) tumbuh, dan bergerak (mobilitas); begitulah hidup menurut para ahli ilmu hayat (Biologi). “Live is struggle” (Hidup adalah perjuangan), demikian menurut orang barat. “Hidup adalah pengorbanan”’ ucap sebagian orang lain, yang mungkin terlalu sering menjadi korban selama hidupnya. Bagi seorang muslim, hidup lebih dari semua itu. Bagi manusia yang sadar bahwa dirinya berasal dari Dzat Yang Maha Kuasa, dan faham bahwa ia akan kembali kepada-Nya, ia akan menjadikan hidupnya semata untuk mengabdi kepada-Nya. Hidup bukan sekedar menghirup ebanyak-banyaknya oksigen, menghabiskan sebanyak-banyaknya makanan, dan melumat sebanyak-banyaknya kesenangan, karena takut kesempatan akan segera habis dengan datangnya kematian. Itu sangat nihil. Hidup bukan sekedar berjuang dengan menjadikan kehormatan dan kemegahan sebagai garis finis. Pun bukan menjadi korban, apalagi korban dari ketidakmampuan menahan hawa nafsu. Bagi seorang muslim, sekali lagi, hidup adalah ibadah. “ Dan tidaklah kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.” (QS.51/Adz-Dzariyat:56)

    Siapapun kita, karyawan, pengusa, pegawai negeri, pegawao swasta, pelajar, pedagang, ibu rumah tangga atau mungkin calon wakil rakyat, sesungguhnya kita adalah sama, yaitu hamba Allah. Hidup yang kita jalani ini, juga berbagai kedudukan yang kita dapatkan didalamnya, hanyalah sarana yang diberikan Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Karenanya, usaha terbesar kita seharusnya menjaga agar jangan ada meski sedetik dari hidup ini yang keluar dari koridor ibadah. Nah, agar hidup kita bernilai di hadapan Allah, maka kita harus mampu membuatnya lebih “HIDUP” , akni dengan memenuhi lima syarat berikut ini :

    1. (H) Hati Yang Bersih

    Inilah yang menjadi landasan kita dalam menjalani kehidupan ini. Hati yang bersih, tulus, dan ikhlas. Bersihkan hati kita dari tujuan – tujuan selain Allah, seperti sekedar mencari keuntungan duniawi, mengumpulkan harta, atau memperoleh sebutan dan kehormatan di tengah manusia. Bersihkan hati juga hati kita dari sikap iri, dengki, bangga terhadap diri sendiri, sombong meski hanya terselip di sanubari seperti sisa makanan di sela gigi. Murnikan semuanya untuk Allah saja. Ingatlah, hati kita tidak bisa mendua; jika ada Allah disana, maka tak ada tempat bagi selain Dia, dan begitulah sebaliknya. Karena hanya dengan hati yang bersihlah kita dapat kembali kepada-Nya dengan selamat.

    “Hari ketika harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang – orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. 26/AsySyu’ara:88-89)

    1. (I) Ilmu yang Bermanfaat

    “ Barang siapa yang menghendaki dunia maka harus dengan ilmu, barang siapa yangmenghendaki akhirat maka harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya maka harus dengan ilmu.”(Al-Hadits)

    Demikian sabda Rasulullah tentang pentingnya ilmu dalam kehidupan jelas, tak mungkin ada kesuksesan yang muncul dari lembah kebodohan. Kalaupun ada, maka kesuksesan itu hanyalah semu dan tinggal menunggu waktu untuk hancur. Dan tentu saja hidup yang seperti ini tak layak dipersembahkan kepada Dzat Pengauasa Alam Semesta. Seperti seorangyang berjalan tanpa arah yang dituju, begitulah hidup seorang yangtak berilmu. Sementara orang berilmu melangkah pasti di jalan yang terang benderang berkat pengetahuannya, orang bodoh malah tersaruk-saruk di dalam kegelapan dan semakin jauh tersesat.

    Allah berfirman,”…Katakanlah : “Adakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang – orang yang tidak mengetahui?” (QS.39/Az-Zumar:9)

    Tak perlu bersusah payah memikirkan pertanyaan itu, karena Allah sendiri telah menjawabnya,..” Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ikmu pengetahuan beberapa derajat…”(QS.58/Al-Mujadilah:11)

    1. (D) Doa dengan penuh keyakinan.

    Hal yang perlu dilakukan kemudian adalah senantiasa menjaga hubungan dengan sumber kehidupan, Allah Dzat Yang Maha Hidup, yaitu dengan berdoa. Kita tak uabhnya bohlam yang tidak memilik energi sendiri. Bohlam itu hanya dapat menyala jika tersambung dengan pusat energi. Dan Allah adalah pusat energi bagikita dan alam semesta. Jika kita ingin kuat menghadapi segala kepayahan dan masalah hidup, maka seyogyanya jiwa kita terus tersambung kepada-Nya.

    “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesunggguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”. (QS.40/Al-Mu’min : 60)

    Itulah janji Allah, dan Dia tidak akan pernah menyalahi janji . Dia telah egitu pemurah untuk hal-hal yang tidak kita minta (Kehidupan ini misalnya\\,maka apatah lagi untuk hal-hal yang kita mintakan. Syaratnya, kita yakin padanya, jangan ada secuil pun keraguan menyelinap sementara kita berdoa. Itu saja, cukup. Dan dia pasti mengabulkan permohonan kita.

    1. (U) Usaha dengan penuh kesungguhan)

    Kalau doa adalah bensin yang memenuhi tanki bahan bakar kehidupan kita, maka usaha adalah gerakan kita untuk menghidupkan mesin kehidupan itu dan melanjutkannya. Itulah yang akan membawa kita ketempat tujuan. Kita adalah supir darikehidupan kita sendiri. Allah memberi arah, dan kitalah angmenjalankannya. Karenanya, sia-sialah kita berhati bersih, berilmu tinggi, dan berdoa’a khusyu tapi tak pernah ada usaha yang kita lakukan.”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah Keadaan suatu kaum sehingga merekamengubah keadaan yangada pada dirimereka sendiri…”(QS.13/Ar Ra’d:11)

    1. (P) Pasrah dan Rela Terhadap Ketentuan Allah

    Hidup tak selalu sesuai keinginan kita. Kadang kebahagiaan yang bertandang, namun disaat lain kemalangan malah yang datang tanpa diundang. Keberhasilan dan kegagalan pun silihberganti menyambut setiap akhir usaha kita. Namun, jiwa seorang muslim yang dipenuhi keimanan sudah siap menerima itu. Pikirannya sudah maklum, hatinya pun telah lapang. Ia tidak pernah mendahului Rabb-nya menilai malanna, karena dia tahu Rabb-nya lebih tahu yang terbaik untuk para hamba-Nya.

    “… Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akanmencukupkan (keperluan)nya…(QS.65/Ath Thalaq:2-3)

    Wallahu’alam bish-shawab.

    (Ditulis oleh : Al-Hafiz Ust. Ismail Prawira Kusuma S.Sos.i, Staff Pengajar Tahfidz Pesantren Adz-Dzikro)


    st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
    <!– /* Font Definitions */ @font-face {font-family:”Arial Unicode MS”; panose-1:2 11 6 4 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:128; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1 -369098753 63 0 4129023 0;} @font-face {font-family:”\@Arial Unicode MS”; panose-1:2 11 6 4 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:128; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1 -369098753 63 0 4129023 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>


    /* Style Definitions */
    table.MsoNormalTable
    {mso-style-name:”Table Normal”;
    mso-tstyle-rowband-size:0;
    mso-tstyle-colband-size:0;
    mso-style-noshow:yes;
    mso-style-parent:””;
    mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
    mso-para-margin:0cm;
    mso-para-margin-bottom:.0001pt;
    mso-pagination:widow-orphan;
    font-size:10.0pt;
    font-family:”Times New Roman”;
    mso-ansi-language:#0400;
    mso-fareast-language:#0400;
    mso-bidi-language:#0400;}

    Sambungan………………

    SYIRIK

    Ucapan yang lazim dilontarkan saat merayakan Valentine’s Day adalah “Be My Valentine’s” (Jadilah Valentin-ku). Ucapan ini mungkin terdengar biasa, tapi jika dikaji ari “Valentine” itu sendiri, niscaya kita akan tercengang. Kata “ Valentine’s “ berasal dari bahas latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimro dan lupercus, dewa-dewa orang Romawi.

    Artinya, siapapun yang dituju dengan ucapan tersebut maka seolah dia telah dianggap sebagai sang maha perkasa. Jika ucapan ini diucapkan seorang muslim, maka rusaklah aqidahnya. Lebih jauh lagi, dia telah kembali kepada jahiliyah dan menghidupkan pemujaan berhala, karena tak ada yang Maha Perkasa kecuali Allah SWT. “ Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia , Raja Yang Mah Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yangmemilii segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yangmereka persekutukan. “ (QS. 59/Al-Hasyr:23)

    PENJAJAHAN BUDAYA

    Merebaknya peringatan valentine’s Day di dunia islam, khususnya di Indonesia, tidak terjadi begitu saja dan bukan tanpa tujuan. Setidaknya ada dua alasan kenapa budaya bathil ini semakin marak dari tahun ke tahun.

    Pertama, adanya konspirasi global untuk menghancurkan umat islam. Pihak-pihak yang dengki kepada umat islam sengaja meng-“ekspor budaya ini ke tengah – tengah kaum muslimin. Dengan budaya yang salah kaprah ini, barat bermaksud melemahkan kekuatan umat islam, khususnya generasi mudanya, sehingga lambat laun mereka semakin lupa kepada ajaran islam. Firman Allah : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka…”(QS.2/Al-Baqarah:120)

    Kedua, kepentingan dagang, yanghanya akan berhasil jika masyarakat telah teracuni budaya konsumerisme dan hedonisme. Sayyid Qutb pernah mengingatkan bahwa dewasa ini Barat., dengan isu globalisasi, telah menjajah dunia Tmur khususnya Islam – tidak dengan kekuatan senjata, melainkan dengan bombardir kebudayaan. Sayangnya, karena kebanyakan dari kita tidak mengetahui sejarah ini – atau memang tidak mau tahu? – tak sadar telah menjadi korban latah Budaya Barat yang cenderung mengemas ritus-ritus keagamaan dengan nilai-nilai sekularisme dan hedonisme.

    Jika dilihat kenyataan sekarang, kedua tujuan ini tampaknya sudah berhasil. Umat Islam kini tengah terpuruk dan menjadi bulan-bulanan penjajahan budaya barat. Namun, tentu tidak bijak jika kita hanya menyalahkan pihak luar atas keterpurukan ini. Kita perlu menyadari bahwa hal itu disebabkanpula oleh semakin jauhnya kita dari nilai – nilai islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh Karena itu, marilah kita kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah demi membangun kekuatan kita. Jika kita kuat, serangan sebesar apapun tentu tak akan dapat mengalahkan kita.

    Wallahu’alam bish-shawab.

    (Ditulis oleh : Al-Hafiz Ust. Ismail Prawira Kusuma S.Sos.i, Staff Pengajar Tahfidz Pesantren Adz-Dzikro)

    « Newer Posts - Older Posts »

    Kategori